Kamis, 13 Januari 2011

Ketika Aku Menjadi Keledai Karena Cinta


Cinta adalah sebuah energi. Cinta adalah semangat. Cinta adalah daya ribuan watt yang mampu membuat orang melakukan apa saja. Demi cinta…atas nama cinta..karena cinta…
Sedangkan keledai adalah hewan yang lamban, bodoh, tampak kurang bersemangat, tapi sangat setia pada majikannya.
Cinta dan keledai adalah hal yang tampaknya berlawanan. Bagai bumi dan langit. Tapi jika mau menyadari, para pecinta sering bertindak seperti keledai. Lamban berpikir, bodoh dan terlalu setia.
Begitu banyak kecerobohan dan kebodohan yang dilakukan akibat depresi karena patah hati.
Saat aku masih kuliah dan tinggal di asrama, ada seorang teman cewek yang nekat 2 kali meminum 10 butir Paracetamol dan CTM saat memergoki pacarnya yang juga seasrama jalan sama cewek lain. Berjam- jam jadi kerumunan orang karena hampir out. “Waduh bodoh bener ni orang” pikirku. Tapi beberapa tahun kemudian akupun mengalami hal yang sama. Patah hati dan rasanya memang sakit sekali. Tapi aku cuma minum 2 butir Paratusin biar tidurnya lamaan he…Ada juga teman yang mengubah penampilannya 360 derajat dari seorang jilbaber sejati ke dandanan cewek kece hanya karena jatuh cinta sama berondong.
Di luar sana masih banyak para pecinta bodoh. Dari sebuah penelitian mengungkap bahwa banyak diantara ciblek (maaf pelacur) di Semarang yang melakoni profesi hinanya hanya karena takut diputusin pacar kalau ngga mau. Banyaknya kasus bunuh diri karena patah hati baik yang langsung maupun yang membunuh dirinya secara pelan- pelan menjadi hal yang mudah dijumpai di media. Dan yang lebih bodoh lagi saat masih jadi mahasiswa praktekan di RSJ Magelang, banyak juga saya jumpai orang yang menyerahkan kewarasannya untuk cinta.
Jadi mumpung ini katanya mau hari kasih sayang, mari memaknai cinta dengan bijak. Karena cinta hanyalah sebuah simbol di otak. Seperti rasa manis, asin , dan pahit yang walaupun tanpa melewati reseptornya sudah begitu dihafal oleh otak. Perbaiki mindset kita karena apa yang kita pikirkan itulah yang kita rasa. Kalau masih mikir “Cinta itu deritanya tiada akhir” ya akan selamanya jadi Chu Phat Kai he….he…Pandanglah cinta dari segi yang positif. Kalau putus cinta tak usah dibikin sengsara. Nangis boleh tapi jangan sampai gila dan bodoh. Dan yang harus diingat bahwa diatas semua cinta terhadap makhluk ada cinta yang jauh lebih tinggi dan penting yaitu cinta terhadap Sang Pencipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar